PANGAN LOKAL BERKELANJUTAN

Terakhir diperbaharui AdminK3L 15 September 2022 13:50

Universitas Indonesia berkomitmen mengutamakan pembelian produk dari sumber lokal yang berkelanjutan. Kegiatan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan produksi makanan memberi kontribusi sekitar 30 persen emisi gas rumah kaca global. Proses dan perjalanan dari tempat asasl bahan makanan hingga ke meja makan menghasilkan jejak karbon. Jejak karbon adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan oleh pribadi atau kelompok saat melakukan kegiatannya dalam rentang waktu tertentu. Produk makanan dengan bahan baku yang dihasilkan dari tempat yang lebih jauh akan menghasilkan emisi karbon lebih besar. Perjalanan bahan makanan lewat rantai distribusi membutuhkan kegiatan transportasi dan pengawetan yang dapat melepaskan emisi karbon.

Pengertian produk lokal  dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan ketersedian bahan pangan. Banyak yang mendefinikan “lokal” dalam “pangan lokal” berarti makanan yang kita konsumsi berasal dari tempat dengan jarak kurang dari 100 km (setara Jakarta-Bandung) dari tempat menyantap makanan. Ada yang berpendapat 200 mil dari lokasi sumber bahan pangan. Ada juga yang berpendapat jarak tersebut dapat diperpanjang hingga sejauh 643 km (setara dengan Jakarta-Solo). Secara umum “pangan lokal” dapat diartikan sebagai menerapkan kebiasaan mencari bahan makanan dari provinsi, pulau, negara bagian, atau wilayah yang sama dengan tempat kita tinggal.

Menu-menu makanan yang terdapat di Kantin Kampus UI pada umumnya makanan tradisional lokal dan Indonesia yang disajikan dalam keadaan segar. Sebagian besar bahan makanan yang digunakan merupakan produk bahan pangan lokal. Bahan-bahan pangan  didapat dan dibeli dari pasar lokal di sekitar Kota Depok, Bogor dan DKI Jakarta. Bahan-bahan pangan di pasar lokal disuplai dari  daerah pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan dari propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Sebagian besar menu-menu makanan yang disajikan di tenant  Kantin Kampus UI adalah makanan yang harus disajikan dalam keadaan segar sehingga lebih praktis untuk membeli bahan pangan dari tempat yang lebih dekat karena alasan kesegaran dan tidak memerlukan proses pengawetan.